Ketika Pendidikan Mencurangi Adab

Opini, Tulisan

Oleh: Purwanto Sabattilat. S.Pd

.

Tulisan sederhana ini dibuat setelah penulis melakukan analisa kecil tentang banyaknya penelitian tentang adab yang dilakukan oleh para pelajar khususnya dikalangan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan alias skripsi. Tak bisa dibantah, ada ratusan bahkan ribuan skripsi dan makalah yang bertajuk tentang adab. Dari skripsi dan makalah itu dituangkan berbagai teori yang menarik tentang adab meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Ada yang menggunakan istilah akhlak, karakter, moral, etika dan ada yang memilih langsung istilah adab itu sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya adab dalam kehidupan sehingga tampak bahwa berbicara tentang adab sangat luas dan tidak ada habisnya. Dalam hal ini bisa dilihat dari banyaknya hasil penelitian Skripsi dan makalah yang dibuat oleh para mahasiswa dan pelajar di lembaga pendidikan.

Namun sayangnya, hasil penelitian tentang adab itu sepertinya hanya dijadikan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi mahasiswa semata untuk mendapat gelar sarjana. Setelah penelitiannya diterimah dan dinyatakan lulus maka selanjutnya penelitian itu pada akhirnya bernasib hanya menjadi pajangan perpustakaan kampus, sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Sangat sedikit sekali upaya kampus untuk menindaklanjuti hasil penelitian tentang adab tersebut. Padahal penelitian itu sudah diujikan langsung oleh tim pakar penguji kampus. Tapi mengapa begitu minim perhatian kampus terhadap adab tersebut ?. Sebagai bukti misalnya ketika adzan sudah dikumandangkan maka banyak sekali mahasiswa yang tidak bersegera memenuhi panggilan adzan tersebut padahal mahasiswa itu tidak ada uzur apapun. Misalnya lagi pergaulan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan yang bukan mahram begitu semarak terjadi dilingkungan pendidikan itu sendiri. Misalnya lagi, Ketika dosen atau guru dengan mahasiswa sedang berkumpul tapi mahasiswa itu hanya sibuk dengan hand phonenya bahkan itu dianggap hal yang biasa di zaman modern. Padahal itu adalah adab yang harus dujunjung tinggi. Serta masih banyak lagi contoh yang lain yang tidak bisa dituangkan lewat tulisan sederhana ini.

Kasus yang demikian itulah sehingga penulis menyebutnya dengan istilah “Ketika Pendidikan Mencurangi Adab“. Apa gunanya kita melakukan penelitian adab tapi sangat sedikit sekali perhatian kita untuk menerapkannya. Ada begitu banyak kerugian yang didapat, baik dari rugi waktu, biaya, tenaga dan fisik kalau hasil penelitian itu pada akhirnya hanya dijadikan sebagai syarat untuk lulus kuliah dan pajangan perpustakaan. Apakah ini bukan sebuah kecurangan?. Kita melakukan penelitian adab ditempat tertentu, lalu kita memberikan kritik dan saran serta solusi agar tempat yg diteliti menjunjung tinggi adab tapi pada saat yang sama justru lembaga kita tidak melakukan upaya-upaya untuk menerapkan adab. Inilah yang disebut dengan istilahMencurangi Adab“. Lebih menyakitkan lagi adalah tidak adanya rasa bersalah dari pihak lembaga dan peneliti ketika hasil penelitian adab itu tidak diterapkan dilingkungan pendidikannya sendiri. Hanya bisa meneliti, memberi kritik, dan menawarkan solusi saja. Sementara dilembaga pendidikannya adab bukan sesuatu yang sangat diperhatikan.

Sebaliknya jika penelitian itu berupa temuan teknologi maka dengan sangat semangat lembaga pendidikan untuk menindaklanjuti dan menerapkannya serta mempromosikannya. Begitu sepelehnya kita memandang adab dibanding dengan temuantemuan teknologi

Hari ini, Teknolgi jauh lebih diutamakan daripada adab. Memang wacana adab itu ada di kampus namun jika dibandingkan dengan wacana teknologi maka akan mengalahkan wacana adab. Kita tidak bisa bayangkan bagaimana produk yang dihasilkan pendidikan yang lebih mementingkan teknologi dibanding adab.

Mencurangi adab dalam dunia pendidikan sama halnya dengan mengkhianati tujuan pendidikan nasional. Mengkhianati tujuan pendidikan nasioanal sama halnya dengan menentang Undang-Undang dan pancasila. Menentang Undang-undang dan pancasila adalah sikap teroris.

Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas Mengatakan Tujuan Pendidikan adalah menciptakan manusia yang baik (good man) atau (Insan Adabiy).

.

Tags :
Opini, Tulisan
Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *