Seminar Motivasi Santri

Opini

,

Tulisan

Digelar seminar dengan tema Santri mendunia dari Pesantren ke Forum Internasional, pada tanggal 13 Juni 2025, pukul 14:00. Seminar ini dipandu oleh Farah, kemudian seminar dibentang oleh ustadz Abdullah El Habib, S.Si. Sebelum acara ada intermezo dan dari narasumber, pertanyaan tentang negara dengan mata uang tertinggi, kemudian dijawab oleh salah satu putri dan satu putra “Kuwait,” benar, negara dengan mata uang tertinggi adalah Kuwait, negara ini terkenal kaya dengan minyak buminya. Namun disana untuk harga air mineral lebih mahal daripada harga minyak bumi, seperti bensin. Berbeda dengan Indonesia, justru kebalikannya. Perbedaan santri dari murid-murid lainnya adalah ilmu agama, menjadi santri menjadikan diri yang mandiri, semua diatur dalam hitungan, tujuannya untuk tepat waktu dan meninggalkan kegiatan yang tidak bermanfaat, kemudian kehidupan spiritual yang selalu menjadi keseharian, akhlak yang dibina, kemampuan bahasa asing, tahan uji dan ulet serta banyak lainnya. Sebagai santri memiliki banyak hal yang bisa dilakukan:
  1. Belajar bahasa, seperti bahasa Inggris, atau bahasa Arab, meskipun dicemooh kan, teruslah berbicara, karena ini bagian dari langkah awal untuk bisa terjun ke Internasional.
  2. Belajar berbicara, seperti muhadarah, adalah latihan untuk menjadi lebih baik dalam berbicara, mulai dari sekarang. Berbicara didepan umum, di masyarakat, dimasjid, di surau, adalah panggung asli yang harus ditempuh nanti ketika bermasyarakat.
  3. Belajar berbeda, ketika orang tidur, maka kita belajar, ketika orang santai, kita berolahraga, berani beda dengan orang yang masih hidup biasa-biasa saja.
Bermimpi Besar Dari Sekarang “Gantunglah cita-citamu setinggi langit, jika engkau jatuh engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.” Ucapan dari Ir. Soekarno. “Hari ini dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim daya berniat untuk belajar yang rajin, sungguh dan bisa menggapai cita cita dan mimpi saya, dengan izin Allah dan juga membahagiakan orang tua” merupakan kata-kata yang menjadi doa dan motivasi untuk santri. masjid menjadi riuh dengan ucapan yang menyadarkan untuk menjadi santri yang bangun dari rasa malas. Acara selanjutnya diisi dengan tanya jawab, Vania bertanya “Bagaimana menjadi pengusaha yang baik di Internasional, Ustadz?” Adi bertanya “Apa motivasi ustadz menjadi sebesar ustadz dan pemerian motivasi itu saya bisa menjadi, Ustadz?”   Jawaban, mulai dari sekarang, karena dari sekarang untuk menjadi besar maka mulai dari sekarang, jangan nanti-nanti, dari hal kecil yang selalu diulangi maka akan menimbulkan hal yang besar, kerena dipanggil di Kuwait maka karena pandai bahasa arab. Orang besar bukan yang duduk di istana, tapi orang yang mau mengajar ditempat yang kecil, terpelosok, ustadz mengajar TPA, gajinya memang tidak sebesar di KBRI, tapi pahalanya lebih besar dari dimanapun, banyak orang yang terkenal di bumi tapi tidak dikenal di langit, tapi juga banyak orang yang tidak terkenal di bumi tapi terkenal di langit, motivasi dari orang tua, dan ingin kaya untuk membantu dan mendirikan pondok, dan semua butuh uang, kemudian ingin balas dendam dengan jiwa yang gagal, gagal berhasil lolos di SMA favorit, gagal ke Mesir, dan merasa cukup dengan menjadi guru ngaji namun punya aset sahat dimana-mana. Meski hari ini belum jadi apa-apa hari ini jangan menyerah, karena dusi hari nanti akan menjadi insan yang dicita-citakan. Pertanyaan dari Nadhira “Bagaimana menjadi pengacara yang baik dan terkenal Ustadz?” Pertanyaan dari Fathur “Bagaimana mempersiapkan untuk mencapai ke negara yang inginkan, Ustadz?” Banyak pengacara yang keren tapi tidak beradab, namun menjadi pengacara yang baik itu harus sesuai dengan adab yang diajarkan di pondok pesantren, kemudian langkah untuk bisa ke negara yang diinginkan adalah belajar bahasa negara yang ingin dituju, jika ingin ke negara Arab maka mulai belajar bahasa arab, jika ingin ke Perancis maka belajar bahasa Perancis. Pertanyaan dari Zahwa “Jika ingin sekolah besar namun berssal dsri keluarga dengan ekonomi yang kurang mampu bagaimana, Ustadz?” Pertanyaan dari Hilwa “Bagaimana ketika dipondok namun selalu mengeluh. Ustadz?” Pertanyaan dari Kevin “Generasi skrg yang terpaksa masuk pondok, dan bagaimana motivasi untuk kami yang terpaksa masuk pondok Ustadz?” Pertanyaaan ini sangat abgus dan padat. Pertanyaan ini pas sekali dengan yang saya alami. Ada tahapan yang membuat terhenti pada mimpi yang sedang dikejar, karena disana biayanya mahal, namun ketika dialihkan ternyata rezeki nya adalah kuliah di Jakarta dengan full biaya, kemudian terus mengeluh solusinya adalah setiap manusia akan selalu diuji maka jadilah manusia yang bersabar, tidak wajar kita mengeluh, karena semua orang juga merasakan ujian, dengan porsinya masing-masing. Masuk pondok karena terpaksa, ridho Allah adalah ridho orang tua, ketika orang tua ingin masuk pondok maka Allah meridhoi, orang tua benar benar ingin yang terbaik untuk anaknya, takdirnya jika memang masuk pesantren karena ridho Allah maka Allah akan mengikuti dan membersamai perjalanan hidup kita. Jika ingin ridho Allah maka ikutilah keinginan baik orang tua.   Kesimpulan acara dari Kevin “Pahami masalah terlebih dahulu, ketika awalnya terpaksa, maka teruslah ikhtiar, keluar dari zona nyaman, belajar memang prosesnya kepahitan, namun berbuah manis.” Begitu banyak ilmu yang ustadz Abdullah El Habib, semoga Allah balas dengan yang lebih baik, dan Allah lancarkan segala urusan, serta menjadikan alasan agar beliau bisa Allah masukkan ke surga, kemudian ilmu yang terah diberikan menjadi renungan dan menjadi praktek untuk dikemudian hari. Aamiin Ada hal unik dalam seminar kali ini, Ustadz Abdullah El Habib membagiukan mata uang Kuwait yang 1 mata uang seharga 53.000 rupiah, kemudian beberapa lembar mata uang mesir, sebagai motivasi untuk suatu hari nanti, yang menerima uang itu bisa ke Mesir, Aamiin, karena salah satu dari kebiasaan Ustadz Abdullah El Habib seringkali mengkoleksi mata uang negara lain agar bisa suatu saat nanti ke negara itu, hal itu terwujud, dibeberapa negara. Kesimpulan acara hari ini “Menjadi santri bukan berarti penghalang menjadi orang besar, tapi dengan menjadi santri dididik dengan kompleksnya ilmu adalah alasan bisa menjadi orang besar.”
Tags :

Opini

,

Tulisan

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Have Any Question?

Do not hesitage to give us a call. We are an expert team and we are happy to talk to you.