Hasil Tulisan Putri ABI Center Pada Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pulau Redox
Audrey Muttaqiyya Noya
(Pemenang Umum)
Pada suatu hari, ada seorang gadis ada seorang gadis yang bernama Vania. Vania adalah gadis yang suka berpetualang, karena pada hari minggu ini ia tidak ada pekerjaan, ia bersama teman-temannya akan berlomba untuk mencari harta karun di pulau Redox. Vania bersama dua temannya yaitu Berli dan Rika akan pergi siang ini.
“Berli, Rika, kalian udah siap?” Tanya Vania pada kedua temannya.
“Sudah dong!” Ucap Verly dan Rika serempak.
“Ya sudah, ayo kita berangkat.” Dengan semangat, mereka pergi ke perlabuhan untuk menyewa kapal. Hingga wakru berlalu dan mereka sampai di perlabuhan, mereka mencari kapal yang telah mereka pesan sebelumnya, setelah menemukan kapal, mereka bergegas pergi karena cuaca tampak mendung, langit kurang bersahabat hariu ini.
Diperjalanan mencari harta karun, “Van. Kenapa kamu ingin sekali ke pulai Redox? Kenapa tidak ke mall saja untuk berlibur?” Tanya Vanya.
“Hmmm” Vania berpikir sejenak. “Karena di pulau tersebut ada banyak harta karun dan katanya ada ular-ular langka juga!.” Jawab Vania.
Berly yang sedari tadi hanya menyimak permbicaraan antrara Vania dan Rika, sontak berteriak kaget. “ Haa?! Van, kamu serius ada ular? Aku mau balik pulang saja!” Berly tampak khawatir.
“Eh! Ga bisa Berly, ini sudah di tengah perjalanan, eh gak deh! Lihat itu! Pulaunya sudah Nampak.” Ucap Vanya sambil menunjuk ke arah pulau Redox.”
“Kamu ini Van, ga bil_” Saat Rika hendak protes tiba-tiba hujan lebat datang, dan datang sebuah ombak besar muncul tepat di belakang kamar mereka.
“Hati-hati semuanya!” Teriak Vania.
Dan tiba-tiba, BYUUUR, Kapal mereka telah dimakan ombak, kemana perginya tiga orang tadi?
“Hmmm, dimana aku?” Tanya Vania pada dirinya sendiri. Ia melihat kesekelilingnya. Tempat itu dipenuhi dengan pohon-pohon yang tinggi. Ada rumah-rumah yang terbuat dari ranting kayu.
“Tadi aku mengingat bahwa aku bersama teman-temanku sedang berada di atas kapal. Dimana aku sekarang? Mengapa tanganku diikat?” Monolog Vania sambil melihat tangannya yang terikat. Kini ia ingat apa yang terjadi. Ia berusaha melepaskan ikatan tangannya dan akhirnya tali itu lepas. Ia berusaha lari dari tempat itu.
“Sepertinya aku diculik suku pedalaman pulai ini, aku harus segera mencari Berly dan Rika!” Ucap Vania sambil berlari. Diperjalanan Vania melihat sebuah tangga, tangga tersebut mirip dengan tangga yang ada di peta harta pulau Redox.
“Kurasa Berly dan Rika akan selamat, karena mereka membawa alat-alat bantu, pasti mereka selamat. Jadi sepertinya aku bisa melanjutkan misiku. Yaitu mencari harta karun!” Guman Vania, namun tanpa ia sadari ternyata ia menginjak seekor ular yang ukurannya sangat besar.
“Stttsss”
“Eh Suara apa itu?” Jalan Vania terhenti karna mendengar suara tersebut.
“Vania melihat kebelakang. Ternyata di belakangnya sudah ada seekor ular yang sangat besar.
“U-LAAR!!” Teriak Vania histeris. Vania langsung berlari, namun ular tersebut mengejar Vania.
Ukuran ular itu amat besar dan panjang. Untunglah badan Vania yang kecil membuat ia dapat berlari laju dan melintasi pohon-pohon dengan mudah. Ular itu mengejar Vania. Setiap pohon-pohon yang dilintasi oleh ular tersebut tumbang.
Kini, harapan hilang Vania hilang untuk mendapatkan harta di pulau Redox. Jika saja tadi dia tidak menginjak seekor ular tersebut, pasti kini ia sudah berada diatas kapal dan pulang membawa harta yang berlimpah.” Tas Vania terjatuh, sepatunya terlepas, Handphonenya hilang, saat ini ia hanya memikirkan “Bagaimana cara agar tetap hidup?”
Vania tidak melihat bahwa didepanya ada batu, dan. BUMM! Badannya menyentuh tanah. Baju-bajunya kotor, kini ular yang dibelakangnya sudah membuka mulut lebar-lebar dan HAP!
Vania kalah main ular tangga, padahal tadi dia hanya tinggal 4 langkah agar menang, namun ia dikaman ular yang sangat panjang, dan sepertinya Berli dan Rika deg-degan tadi karna akan menang, namun kini mereka senang, karena Vania tidak jadi menang.
Semua terbahak-bahak melihat nasib Vania.
“Sepertinya aku memang sial hari ini.” Gerutu Vania.
Azalea
Nasyithah Zhafira Salim
(Pemenang 1)
Pada sebuah desa yang bernama Gwangju, hiduplah seorang gadis yang bernama Lea. Lea hidup sendirian di sebuah rumah di pinggir sungai. Saat Lea sedang mencari kayu bakar, dia berpapasan dengan seorang pemuda yang baru saja kembali dari sungai. Hanya sekilas dia melihat wajah pemuda itu dan dia langsung jatuh cinta.
“Lea, sadarlah.” Batin Lea. Dia langsung berjalan menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, dia masih memikirkan tentang pemuda tadi. Hari telah menunjukkan malam, Lea segera menuju tempat tidurnya untuk mengistirahatkan dirinya yang lelah. Waktu telah melewatkan lima hari dan tetap saja Lea masih memikirkan pemuda itu.
TOK.
TOK.
TOK.
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Lea. “Iya, tunggu sebentar.“ sahut Lea dari dalam. Lea langsung menuju kedepan untuk membukakan pintu.
“Iya, ada ap-“ Lea langsung terperangah ketika melihat siapa yang berada di depannya.
“Apakah saya bisa minta tolong?” Ucap pemuda itu.
“I-iya, bisa.”
“Apakah saya bisa berteduh disini.”
Lea langsung mendongakkan kepalanya dan benar saja diatas sana awan telah menurunkan air
yang membuat pemuda itu ingin berteduh di rumah Lea.
“Bi-bisa, ayo masuk.” Ucap Lea sambil mempersilahkan pemuda itu.
“Terima kasih.” ucap pemuda itu.
“Boleh saya tau nama kamu?” lanjut pemuda itu.
“ Nama aku Lea.”
“Saya Aza.” Ucap pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.Lea menerima uluran tangan itu. Setelah pembicaraan singkat itu, tidak ada lagi suara yang terdengar hingga hujan reda.
“hujan sudah reda, saya akan kembali.”
“Baiklah….. Hati-hati Aza.”
“Makasih Lea” Pemuda itu kembali ke rumahnya.
Pertemuan itu tidak hanya berlangsung sekali tetapi berkali-kali, hingga didalam hati Aza dan Lea timbullah suatu perasaan. Dan perasaan itulah yang membuar hubungan mereka berlangsung kepada pernikahan.
Pada pagi hari yang cerah, Lea bangun dengan hati secerah pagi itu. Bisanya saat bangun tidur, yang Lea lihat hanyalah dinding rumah sekarang adalah punggung Aza yang sedang tidur.
“Aza, bangun” Aza tidak bergeming.
“Aza, bangun sudah pagi”
“Hmm… Huooaaa. Ini sudah pukul berapa?” Tanya Aza.
“Pukul delapan.”
Aza langsung duduk, Yang benar saja, Aza telat pergi keladang. Dengan tergesa-gesa, Aza menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya dan bersiap-siap. Lea yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya dan tertawa, tapi kebahagiaan pengantin baru itu hanya sebentar. Saat Aza ingin melangkahkan kakinya, datang seorang menteri dan beberapa pengawal utusan dari kearajan dengan membawa pengumuman.
“Yang mulia raja memutuskan, bahwa, seluruh anak gadis yang berusia 18 tahun dibawa ke lapangan kerajaan untuk dibunuh.” Setelah menteri mengatakan itu, para pengawal kerajaan menyebar untuk menangkap gadis yang berusia 18 tahun. Aza yang melihat itu langsung masuk ke dalam rumah dan menyembunyikan Lea didalam rumah, tetapi pengawal kerajaan lebih pintar daripada Aza. Lea yang sedang bersembunyi ketahuan oleh pengawal kerajaan dan dibawa ke kerajaan beserta Aza.Karena Aza yang berusaha menyembunyikan Lea, maka Aza lah yang dibunuh. Lea yang sudah menangis dan memohon agar Aza tidak dibunuh hanya terduduk pasrah.
Saat algojo hendak menghunuskan pedangnya di leher Aza, Lea lari tergopoh-gopoh menuju tengah lapangan. ”Biar aku saja yang mati!” Lea pun merebut pedang dari tangan algojo dan menusukkan ke dadanya.Aza yang melihat itu tidak tega dan ikut menghunuskan pedang algojo itu ke lehernya. Dilapangan itu tergeletak tubuh Aza dan Lea yang bergelimangan darah.Hanya karena cinta, mereka berdua bunuh diri.
Pada darah aza dan Lea yang mengalir, tumbuhlah sekuntum bunga yang berwarna merah muda.Bunga itu di beri nama Azalea. Walaupun mereka sudah tidak ada lagi di dunia, kebersamaan dan cinta mereka masih sama.Bunga itu adalah lambang cinta suci mereka. Warga di desa itu merewat bunga itu dengan sepeuh hati.
Topeng Terakhir
Azizah Farah Fadhillah Lubis
(Pemenang 2)
Pada suatu malam, terjadi pembunuhan yang sangat sadis di gedung Ishigami. Disana terlihat seorang pembunuh yang berlumuran darah. Pembunuh tersebut dijuluki polisi sebagai Yushinai, Padahal nama aslinya Yuky Satoru, ia membunuh korbannya dengan sadis, biasanya Yuky membunuh korbannya dengan menyiksanya terlebih dahulu.
Disaat Yuky selesai membunuh korbannya ia pun pergi ke kamar mandi dan melihat dirinya di cermin. “Hmmmpph…..Aku masih belum puas menyiksa satu orang saja, Aku butuh lebih banyak orang untuk aku bunuh” Ucap Yuky seraya mencuci tangannya dari lumuran darah seorang komikus.
Saat ia ingin pergi ke mobil, polisi datang ke gedung tempat pembunuhan itu terjadi, Yuky pun langsung bergegas untuk kabur dari gedung tempat ia membunuh seorang komikus, Polisi langsung menyadari bahwa ada hal yang aneh dari topeng dan mobil yang pakai oleh Yuky, Polisi pun langsung mengejar mobil yang dikendarai oleh Yuky, Yuky pun menginjak pedal gas sehabis-habisnya.
“Kayaknya polisis ini mau main-main.” Ucapnya dengan wajah yang licik.
Yuky pun membawa mobilnya ke salah satu hutan lebat yang berada di Tokyo. Pada saat itu polisi hanya mengikuti mobil Yuky tanpa berfikir panjang apa yang terjadi setelah itu. Di saat berada di tengah hutan, Yuky pun berhenti. Polisi juga berhenti dan keluar dari mobilnya. Polisi pun langsung menghampiri mobil yang dikendarai oleh Yuky. Polisi tersebut membuka pintu mobil namun Yuky tidak ada di dalamnya.
Tanpa disadari, Yuky sudah menyergap polisi tersebut. Polisi tersebut langsung melakukan perlawanan kepada Yuky, akan tetapi Yuky menyuntikkan obat bius ke Polisi tersebut. Polisi itu pingsang. “Hahaha!! Jangan main-main kau samaku.” Ucap Yuki dengan intonasi yang puas.
Disaat polisi itu sadar, ia sudah terikat di atas kursi kayu.
“Dah sadar pak?!” Tanya Yuky sambil mengasah batu agar runcing.
Polisi itupun berkeringat dingin melihat Yuky
“Ternyata kamu Yushinai” Ucap polisi tersebut dengan gemetaran.
“Yes, watashi wa Yushinai desu, Gomenne…., karena bapak akan mati, aku akan buka topengku” Ucap Yuky.
“Yuky Satoru?!? Anakku.”
Tidur Telat
Retno Syafriwal
(Pemenang 3)
Pada malam yang gelap, kamar yang dihuni oleh sepuluh orang santri itu sekrang hening dari hiruk pikuk, semuanya telah tidur kecuali Rena, gadis kelas dua SMP yang tidur dipaling sudut kamar ditemani senter hitam kecil yang digenggamnya. Rena masih sibuk dengan buku bacaan yang telah dipinjamnya diperpustakaan tadi siang. Ia tidak sadar akan waktu yang berjalan, ia seakan tenggelam didalam buku itu. Tiba-tiba.
BRUK!!
BRUK!
BRUK!
Tiga barang yang ada diatas lemari tiba-tiba jatuh yang membuat Rena panik bukan main.Ia mematikan senter menutup buku bacaannya menatanya dengan rapi disamping kasurnya.Rena berusaha tidur. Berkali-kali ia membaca istighfar lalu Rena terlelap. Dalam kegelisahan itu.
“Ren,Renaaa” Teriak Atikah sambil mengguncangkan badan Rena.Rena terbangun dari tidurnya dan langsung mengusap wajahnya yang penuh peluh. ” Thanks Tik ” Atikah menjawab dengan anggukan. Rena buru buru mandi lalu sarapan.
Sesampainya di kelas Rena mengeluarkan buku pelajaran untuk jam pertama.Jam pertama untuk hari ini adalah IPA dengan gurur yang luamayan killer atau bisa disebut Buk Nana. Buk Nana salah satu guru yang di takuti oleh murid-murid. Jika Buk Nana datang, kelas yang awalnya sangat riuh maka akan langsung hening. Sama dengan suasana pagi ini “Pagi anak-anak” Sapa Buk Nana dengan mata yang menyapu seisi kelas. “Pagi buk“ Jawab semua murid yang ada dikelas. Buk Nana membuka pagi ini dengan ancaman. “Penghapus papan tulis saya telah siap untuk kalian yang tidur dipelajaran saya” Himbau Buk Nana. Semua santri yang berada di kelas memegang wajahnya tidak siap dengan penghapus papan tulisyang akan mendarat diwajah mereka yang pagi itu masih bersih dan wangi, termasuk Rena.
Pelajaran berlangsung, Buk Nana menerangkan pelajaran pagi ini.Rena menyimak dengan serius, ditengah pembelajaran itu, mata Rena terasa berat.Ia berusaha untuk tidak tidur. Rena tidak tahan dengan rasa kantuk yang menguasai dirinya.Rena tertidur, tiba-tiba penghapus papan tulis mendarat diwajah putih Rena.
“Hahahahahahaha”Kelas-pun pecah dengan tawa seluruh santri yang melihat muka Rena yang telah dikuasai dengan warna hitam dari penghapus papan tulis.
Setellah membasuh wajahnya dengan air, Rena duduk kembali di kursinya. Jam pelajaran pertama berakhir di ganti dengan jam pelajaran kedua dengan Ustad Wibowo guru Hadist.
“Assalamualaikum anak-anak”
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatu”Jawab semua santri dengan antusias.Pak Wibowo adalah salah satu guru yang disenangi para santri. “Hari ini kalian akan menyetorkan hadist ke-16 ya nak” Suruh Ustad Wibowo. Para santri dengan semangat membuka kitab Hadist dan menghafalkannya.Berbeda dengan yang lain, Rena malah melamun memikirkan hal semalam.
“Rena,Renaa” Tegur Ustad Wibowo.
“Eh, ya stad” Jawab Rena sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
“Kenapa melamun nak? Sekarang setorkan hadist ke-16 walaupun hanya artinya” Tegas Ustad Wibowo.Rena maju kedepan untuk menyetorkan hadist.
Setelah menyetorkan hadist, bel keluar main berbunyi. Ustad Wibowo sudah keluar sejak tadi. “Huh, Rena Rena, tadi pas sama Buku Nana tidur, trus sama Ustad Wibowo malah melamun.Astaghfirullah” Monolog Rena sambil memegang kepalanya.Tiba-tiba Afa datang menghampiri Rena.
“Kenapa Ren?” Ucap Afa mengejutkan Rena.
“Astaghfirullah, untung ngak lari ke Amerika sana jantung ana Fa” Kata Rena sambil mengusap dadanya
“Hehehe, maaf Ren”
Rena membalas dengan anggukan.
“Lagian anti dari tadi ngak fokus pas belajar. Coba cerita kenapa” Bujuk Afa.
Rena menceritakan semua kejadian semalam. Afa menyimak dengan sangat fokus sampai lupa untuk berkedip. “Kedip Fa, kedip” Perintah Rena.
“Astaghfirullah Ren, serem banget. Makanya anti lain kali tu kalau udah disuruh tidur ya tidur bukan baca buku dulu Ren. Akibatnya karena anti telat tidur, anti jadi tidur di kelas tadi juga tadi nggak fokus pas pelajaran Ustad Wibowo jadi ditegur. Kalau baca buku tu pas waktunya aja Ren, kalau malam udah disuruh tidur laksanain aja daripada kayak gini lagi” Afa memberi solusi kepada Rena layaknya kakak mengingatkan adiknya.
“Hehe, ya Fa. Makasih sekali lagi udah ngingatin ana Fa. Dadah Fa!!” Sahut Rena sambil melambaikan tangannya kepada Afa. Afa hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku temannya itu.
Leave a Reply